Rabu, 04 Juli 2012

Akuntansi Konservatisme

KONSERVATISME AKUNTANSI DALAM TEORI KEAGENAN

Oleh : Yanuar Nugroho


Abstract
Presenting financial information are required on the precautionary principle, namely to record revenues, expenses, and assets. The principle of conservatism in the presentation of accounting information do not recognize an increase in unrealized assets. However, recognizing an decrease of assets, although not yet realized. Conservative financial reports can reduce the agency costs and information asymmetry. The purpose of this paper is to review some of the research on financial reporting conservatism in terms of agency theory. From the review indicate that the financial statements using accounting conservatism principle can reduce the information asymmetry in agency theory and management to prevent manipulation of financial statements.

Keywords: Conservatism, agency theory, information asymmetry, manipulation of financial statements.

1. Pendahuluan
Pada dasarnya akuntansi merupakan suatu proses untuk menyediakan informasi keuangan suatu organisasi mengenai posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan yang dapat dipergunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dalam proses pengambilan keputusan. Penyajian informasi keuangan tersebut harus memiliki syarat kehati-hatian dalam mengukur aktiva dan laba karena aktivitas dan bisnis dilingkupi suatu ketidak pastian. Sehingga, pada prinsipnya konservatisme akuntansi diimplementasikan dalam keadaan jika terdapat sesuatu peningkatan aktiva yang belum terealisasi, maka kejadian itu belum bisa diakui. Namun, mengakui adanya penurunan aktiva walaupun kejadian tersebut belum terealisasi.
Menurut Bahaudin dan Provita (2011), bagi pihak manajemen prinsip akuntansi yang berlaku umum (Generally Accepted Accounting Principles) memberikan fleksibilitas dalam menentukan metode maupun estimasi akuntansi yang dapat digunakan. Fleksibilitas tersebut akan mempengaruhi perilaku manajer dalam melakukan pencatatan akuntansi dan pelaporan keuangan perusahaan. Dalam kondisi keragu-raguan, seorang manajer harus menerapkan prinsip akuntansi yang bersifat konservatif. Beberapa peneliti menyebutkan bahwa telah terjadi peningkatan konservatisme standar akuntansi secara global. Peningkatan itu disebabkan oleh meningkatnya tuntutan hukum, sehingga auditor dan manajer cenderung melindungi dirinya dengan selalu melaporkan angka-angka konservatif di dalam laporan keuangannya (Givoly dan Hayn, 2002).
Beberapa peneliti menyatakan bahwa konservatisme akuntansi memiliki peranan dalam teori keagenan untuk penentuan praktik yang paling efisien yang bisa membatasi konflik atau masalah keagenan. Praktik di perusahaan ternyata agen dalam aktifitasnya seringkali tidak sesuai dengan kontrak kerja yang dibuat dengan pemegang saham yaitu agen lebih cenderung untuk meningkatkan kesejahteraannya sendiri. Hal ini dapat terjadi karena munculnya asimetri informasi antara agen dan pemegang saham, sehingga agen berpeluang untuk melaksanakan praktik ini dengan cara memanipulasi laporan keuangan. konservatisme akuntansi dapat berperan dalam teori keagenan untuk mencegah adanya asimetri informasi dengan cara membatasi agen dalam melakukan praktik manipulasi laporan keuangan.
Sampai saat ini, prinsip konservatisme masih dianggap sebagai prinsip yang kontroversial. Terdapat banyak kritikan yang muncul, namun ada pula yang mendukung penerapan prinsip konservatisme. Indrayati (2010) menyatakan bahwa kritikan terhadap penerapan prinsip konservatisme antara lain konservatisme dianggap sebagai kendala yang akan mempengaruhi laporan keuangan. Apabila metode yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan berdasarkan prinsip akuntansi yang sangat konservatif, maka hasilnya cenderung bias dan tidak mencerminkan kenyataan. Di sisi lain, konservatisme akuntansi bermanfaat untuk menghindari perilaku oportunistik manajer berkaitan dengan kontrak-kontrak yang menggunakan laporan keuangan sebagai media kontrak (Watts, 2003). Lafond dan Watts (2006) juga menjelaskan bahwa laporan keuangan yang konservatif dapat mencegah adanya information asymmetry dengan cara membatasi manajemen dalam melakukan manipulasi laporan keuangan. Menurutnya, laporan keuangan yang konservatif dapat mengurangi biaya keagenan.
Dengan semakin berkembangnya riset mengenai konservatisme akuntansi mengindikasikan bahwa keberadaan konservatisme dalam pelaporan keuangan memiliki peranan penting dalam praktek akuntansi. Tujuan dari tulisan ini adalah untuk mereview beberapa penelitian tentang peranan praktek konservatisme akuntansi dalam teori keagenan.

2. Telaah Pustaka
2.1. Konservatisme Akuntansi
Konservatisme merupakan salah satu prinsip yang digunakan dalam akuntansi. Menurut FASB Statement of Concept No.2 dalam Sari (2004) Konservatisme adalah reaksi hati-hati untuk menghadapi ketidakpastian dalam mencoba memastikan bahwa ketidakpastian dan risiko pada situasi bisnis telah dipertimbangkan. Basu (1997) mendefinisikan konservatisme sebagai praktik mengurangi laba (dan mengecilkan aktiva bersih) dalam merespons berita buruk (bad news), tetapi tidak meningkatkan laba (meninggikan aktiva bersih) dalam merespons berita baik (good news).
Watts (2003) mendefinisikan konservatisme sebagai perbedaan verifiabilitas yang diminta untuk pengakuan laba dibandingkan rugi. Watts juga menyatakan bahwa konservatisme akuntansi muncul dari insentif yang berkaitan dengan biaya kontrak, litigasi, pajak, dan politik yang bermanfaat bagi perusahaan untuk mengurangi biaya keagenan dan mengurangi pembayaran yang berlebihan kepada pihak-pihak seperti manajer, pemegang saham, pengadilan dan pemerintah. Selain itu, konservatisme juga menyebabkan understatement terhadap laba dalam periode kini yang dapat mengarahkan pada overstatement terhadap laba pada periode-periode berikutnya, sebagai akibat understatement terhadap biaya pada periode tersebut. Sedangkan, Suwardjono (2010) mendefinisikan konservatisme sebagai sikap atau aliran (mazhab) dalam menghadapi ketidak pastian untuk mengambil tindakan atau keputusan atas dasar munculan (outcome) yang terjelek dari ketidak pastian tersebut.
Penman dan Zhang (2002) menjelaskan konservatisme akuntansi merupakan suatu pemilihan metode dan estimasi akuntansi yang menjaga nilai buku dari net assets relatif rendah. Mereka mencontohkan definisi tersebut dalam penggunaan metode pencatatan persediaan. Penggunaan metode LIFO dalam menilai persediaan pada saat nilai persediaan meningkat adalah salah satu contoh penerapan akuntansi konservatisme. Metode LIFO dikatakan lebih konservatif karena metode ini mengakibatkan nilai persediaan lebih rendah dibandingkan dengan FIFO dan average cost method pada saat nilai persediaan mengalami peningkatan.
Richardson dan Tinaikar (2003) dalam Kiryanto dan Edy (2006), menunjukkan bahwa ada dua jenis laba konservatisme, yaitu : (1) ex-ante conservatism atau news-independent conservatism. dan (2) ex-post conservatism atau news dependent conservatism.
Ex-ante conservatism atau news-independent conservatism berkaitan dengan kebijakan-kebijakan yang mengurangi laba secara independen dari kejadian-kejadian ekonomi saat ini, bahkan apabila pengeluaran-pengeluaran tersebut berkaitan secara positif dengan harapan aliran kas di masa yang akan datang.
Ex-post conservatism atau news dependent conservatism menggambarkan lebih tepat waktu untuk pengakuan laba terhadap bad news dari pada good news. Secara umum, prinsip akuntansi ini menghendaki penghapusan dengan segera untuk mengakui bad news terhadap persediaan, goodwill, ketidakpastian kerugian dan sebaliknya. Menurut Kiryanto dan Edy (2006), penggunaan dari ex-post conservatism atau news dependent conservatism ini menghasilkan slope koefisien regresi laba terhadap returns yang lebih tinggi untuk perusahaan-perusahaan dengan negatif returns (bad news) dari pada positif returns (good news).
Konservatisme akuntansi tidak menjadi prinsip yang diatur dalam standar akuntansi internasional (IFRS). Hellman (2007) menyatakan bahwa jika dibandingkan dengan akuntansi konvensional, IFRS fokus pada pencatatan yang lebih relevan sehingga menyebabkan ketergantungan yang semakin tinggi terhadap estimasi dan berbagai judgement. Dalam hal ini, kebijakan yang ditetapkan IASB (International Accounting Standard Board) tersebut menyebabkan semakin berkurangnya penekanan atas penerapan akuntansi konservatif secara konsisten dalam pelaporan keuangan berdasarkan IFRS (Hellman, 2007).

2.2. Teori Keagenan
Teori keagenan (agency theory) menjelaskan bahwa pada praktek di lapangan, pemilik perusahaan memberikan amanat pengelolaan perusahaan kepada manajemen. Penunjukkan ini dilakukan dengan tujuan agar manajemen dapat mengelola perusahaan hingga memberikan keuntungan yang maksimal kepada pihak prinsipal (pemilik perusahaan) dengan pencapaian kinerja yang maksimal dari manajemen.
Definisi asymmetry information oleh Pyndick dalam Haniati dan Fitriany (2010) adalah “one side of negotiation process has better information than the other”. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa asimetri informasi akan terjadi apabila ada dua belah pihak yang memiliki informasi berbeda karena salah satu pihak memiliki informasi yang lebih jelas dan terperinci dibandingkan pihak yang lainnya. Sehingga, asimetri informasi bisa dijelaskan sebagai situasi yang terbentuk karena prinsipal (pemegang saham) tidak memiliki informasi yang cukup mengenai kinerja agen (manajer) sehingga pemegang saham mengalami keadaan tidak dapat menentukan kontribusi usaha-usaha manajer yang sesungguhnya terhadap hasil-hasil perusahaan dalam meningkatkan kesejahteraan pemegang saham.
Teori keagenan (agency theory) berkaitan dengan hubungan prinsipal dan agen dengan adanya pemisahan kepemilikan dan pengendalian perusahaan (Jensen dan Meckling, 1976). Adanya pemisahan kepemilikan dan pengendalian perusahaan ini akan menyebabkan timbulnya asymmetry information. Menurut Scott (2000) dalam Lewis (2006), terdapat dua jenis asymmetric information, yaitu: adverse selection dan moral hazard.
Adverse selection adalah suatu tipe informasi asimetri dimana satu orang atau lebih pelaku-pelaku transaksi bisnis atau transaksi-transaksi yang potensial mempunyai informasi lebih atas yang lain (Scott, 2000). Ketimpangan pengetahuan informasi perusahaan ini dapat menimbulkan masalah dalam transaksi pasar modal karena investor tidak mempunyai informasi yang cukup dalam pengambilan keputusan investasinya.
Sedangkan moral hazard adalah suatu tipe informasi asimetri dimana satu orang atau lebih pelaku-pelaku bisnis atau transaksi-transaksi potensial yang dapat mengamati kegiatan-kegiatan mereka secara penuh dibandingkan dengan pihak lain (Scott, 2000). Masalah moral hazard ini terjadi karena pihak-pihak di luar perusahaan (investor) mendelegasikan tugas dan kewenangannya kepada manajer tetapi investor tidak dapat sepenuhnya memantau manajer dalam melaksanakan pendelegasian tersebut.

3. Pembahasan
            Konservatisme dapat dijelaskan dari perspektif teori keagenan. Menurut teori keagenan, manajer (agents) memiliki tindakan kesempatan untuk memaksimalkan kesejahteraannya sendiri dengan mengorbankan kepentingan pemegang saham, debtholders, dan pihak pengontrakan lainnya (principals). Teori tersebut menjelaskan perusahaan merupakan nexus of contract yakni tempat bertemunya kontrak antar berbagai pihak yang berpotensi menimbulkan konflik kepentingan (Juanda, 2007).
Pandangan teori keagenan dimana terdapat pemisahan antara pihak agen dan prinsipal yang mengakibatkan munculnya potensi konflik dapat mempengaruhi kualitas laba yang dilaporkan. Pihak manajemen yang mempunyai kepentingan tertentu akan cenderung menyusun laporan laba yang sesuai dengan tujuannya dan bukan demi untuk kepentingan prinsipal. Dalam kondisi seperti ini diperlukan suatu mekanisme pengendalian yang dapat mensejajarkan perbedaan kepentingan antara kedua belah pihak dengan mengaplikasikan prinsip konservatisme akuntansi.
            Penelitian Ahmed dan Duellman (2007), menunjukkan adanya hubungan antara karakteristik dewan dengan tingkat konservatisme. Secara spesifik penelitian tersebut menyimpulkan adanya hubungan yang negatif antara persentase inside directors dalam dewan dengan konservatisme dan hubungan yang positif antara persentase kepemilikan perusahaan dan konservatisme. Secara keseluruhan penelitian mereka menegaskan adanya bukti yang konsisten terhadap pendapat yang menyatakan bahwa konservatisme dalam akuntansi akan membantu direksi untuk mengurangi biaya agensi dalam perusahaan.
Keterlibatan karakteristik dewan dalam penelitian teori keagenan memberikan gambaran bahwa konservatisme akuntansi yang berperan dalam laporan keuangan merupakan salah satu mekanisme tata kelola perusahaan. Seperti yang disampaikan oleh Lafond dan Watts (2006), bahwa peranan konservatisme akuntansi adalah dapat mengurangi kemampuan manajer untuk melakukan manipulasi dan overstatement terhadap laporan keuangan, terutama mengenai kinerja keuangan sehingga dapat meningkatkan arus kas dan nilai perusahaan.
Menurut Jensen & Meckling (1976) dalam Ratna Wardhani (2008) suatu teori yang menyatakan bahwa kepemilikan saham oleh manajemen akan menurunkan permasalahan agensi karena semakin banyak saham yang dimiliki oleh manajemen maka semakin kuat motivasi mereka untuk bekerja dalam meningkatkan nilai saham perusahaan. Berdasarkan teori agensi klasik, semakin besar kepemilikan oleh inside directors (komisaris yang terafiliasi/ komisaris diluar komisaris independen) akan mengarahkan pada kesesuaian tujuan antara pihak manajemen dengan pemegang saham.
Menurut Lafond dan Roychowdhury (2007) dalam (Ratna Wardhani, 2008) menyatakan bahwa konservatisme dalam pelaporan keuangan ini merupakan salah satu mekanisme dalam mengatasi permasalahan agensi ketika timbul pemisahan antara kepemilikan dan pengendalian. Mereka menghipotesiskan bahwa dengan semakin kecilnya kepemilikan manajerial maka permasalahan agensi yang muncul akan semakin besar sehingga permintaan atas laporan yang bersifat konservatif akan semakin meningkat. Konsisten dengan hipotesa tersebut, mereka menemukan adanya hubungan yang negatif antara kepemilikan manajerial dengan konservatisme yang diukur dengan menggunakan ukuran asymmetric timeliness dari pengakuan laba dan rugi.
Lasdi (2009) menyatakan bahwa dalam rangka mengurangi biaya keagenan, manajer mempunyai insentif yang bersifat ex ante terhadap kontrak untuk perilaku oportunistik ekspektasiannya yang dibatasi dan diawasi. Pemakaian angka-angka akuntansi merupakan satu cara mengawasi dan membatasi perilaku manajerial. Sehingga dengan adanya laporan keuangan yang konservatif, maka upaya investor untuk melakukan transfer kekayaan menjadi sulit. Dengan demikian, konservatisme akuntansi akan menciptakan kontrak yang efisien untuk pihak yang berkepentingan khususnya pihak investor dan kreditor sebagai pengguna utama laporan keuangan.
Lafond dan Watts (2006) dalam Haniati dan Fitriany (2010) berpendapat bahwa laporan keuangan yang mengaplikasikan prinsip konservatisme dapat mengurangi kemungkinan manajer melakukan manipulasi laporan keuangan serta deadweight loss (biaya agensi) yang muncul akibat dari asimetri informasi. Asimetri informasi merupakan kondisi dimana pihak manajemen memiliki infomasi lebih banyak dibandingkan dengan pihak investor.
            Salah satu penyebab terjadinya manipulasi laporan keuangan adalah terjadinya asimetri informasi dalam teori keagenan. Perilaku manipulasi yang paling sering terjadi dalam teori keagenan adalah pencatatan laba yang tinggi. Latar belakang yang menyebabkan perilaku ini adalah adanya insentif manajemen berupa bonus yang diukur dari kerja manajemen dalam mencapai laba, serta menjadi perhatian penting bagi calon investor dalam melakukan pertimbangan pengambilan keputusan. Faktor-faktor tersebut menyebabkan manajer bertindak untuk memilih metode akuntansi yang mampu memanipulasi laporan keuangan. Sehingga, salah satu cara yang dapat dilakukan agar manajemen tidak melakukan manipulasi laporan keuangan adalah dengan memilih perilaku konservatisme akuntansi dalam pelaporan keuangan.
Berdasarkan perspektif kontrak kompensasi, konservatisme dianggap sebagai suatu mekanisme penerapan corporate governance yang efisien untuk mengurangi biaya keagenan melalui penyediaan sinyal kerugian yang tepat waktu. Lu (2012) menyatakan debtholders dan shareholders dapat menggunakan konservatisme akuntansi untuk melindungi keuntungan mereka. Oleh karena itu, membuat perjanjian dengan kontrak merupakan salah satu penjelasan dari konservatisme dalam pelaporan keuangan. Konservatisme akuntansi mengarahkan untuk menunda pengakuan pendapatan yang belum terealisasi serta memastikan semua kerugian telah masuk dalam laporan keuangan sehingga dapat mencegah manajemen membesar-besarkan jumlah aset.




4. Kesimpulan
Teori keagenan muncul akibat adanya konflik kepentingan antara pihak agen dan prinsipal yang berimplikasi pada pelaporan kualitas laba perusahaan. Sehingga diperlukan konservatisme akuntansi sebagai mekanisme pengendalian konflik kepentingan tersebut.
Hasil review dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa perilaku konservatisme akuntansi akan menguntungkan dalam kontrak-kontrak antara pihak-pihak dalam perusahaan maupun luar perusahaan. Konservatisme dapat membatasi tindakan manajer untuk membesar-besarkan laba (manajemen laba) serta memanfaatkan informasi yang asimetri sehingga dapat mengurangi konflik yang terjadi antara manajemen dan para pemegang saham.
Konservatisme akuntansi bisa dijelaskan dari perspektif kontrak. Perusahaan merupakan nexus of contract, yakni tempat bertemunya berbagai pihak dalam melakukan kontrak. Hubungan kontrak antara kreditor dan perusahaan akan memicu terjadinya transfer kekayaan yang menjadi hak kreditor kepada pihak investor dengan cara mengalihkan bentuk-bentuk pembayaran langsung ataupun tidak langsung kepada investor. Bagi manajer sendiri, akan mengalami posisi yang dilematis karena harus mengakomodasi kepentingan-kepentingan yang ada. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah penggunakan pelaporan keuangan yang konservatif. Bagi kreditor tuntutan akan pelaporan keuangan yang konservatif merupakan suatu persyaratan dalam perjanjian kontrak. Dengan demikian, pelaporan keuangan yang konservatif akan mengarahkan pada kesesuaian tujuan antara pihak manajemen dengan pemegang saham.
Konservatisme akuntansi menganut prinsip memperlambat pengakuan pendapatan serta mempercepat pengakuan biaya yang mungkin terjadi. Hal ini dapat berimplikasi terhadap kemampuan manajemen untuk mengurangi kemungkinan melakukan manipulasi dan overstatement terhadap laporan keuangan akibat dari adanya asimetri informasi dalam teori keagenan.

Daftar Pustaka
                     

Ahmed dan Duellman. 2007. “Accounting Conservatism and Board of Director Characteristics: An empirical analysis”, Journal of Accounting and Economics.

Bahaudin, Ahmad, dan Provita W., 2011. “Mekanisme Corporate Governance terhadap Konservatisme Akuntansi di Indonesia”, Dinamika Sosial Ekonomi, Mei, Volume 7 Nomor 1.

Basu, S. 1997. “The Conservatism Principle and Asymmetric Timeliness of Earnings”, Journal of Accounting and Economics 24, Desember.

Givoly, D., dan Hayn, C. 2000. “The Changing Time-Series Properties of Earnings, Cash Flows and Accruals: Has Financial Reporting Become More Conservative?”, Journal of Accounting and Economics 29.

Haniati, Sri., dan Fitriany. 2010. “Pengaruh Konservatisme terhadap Asimetri Informasi dengan Menggunakan Beberapa Model Pengukuran Konservatisme”, Simposium Nasional Akuntansi 13 Purwokerto.

Hellman, Niclas. 2007. “Accounting conservatism under IFRS”, (Online), (http://www.scribd.com/doc/59800794/Conservatism-Under-Ifrs, diakses 12 April 2012).

Indrayati, Martha R. 2010. “Pengaruh Karakteristik Dewan Komisaris terhadap Tingkat Konservatisme Akuntansi”, Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

Jensen, M. C. dan W. H. Meckling. 1976. “Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Cost, and Ownership Structure”, Journal of Financial Economics.

Juanda, Ahmad. 2007. “Perilaku Konservatif Pelaporan Keuangan dan Risiko Litigasi pada Perusahaan Go Publik”, Naskah Publikasi Penelitian Dasar Keilmuan.

Kiryanto, dan Edy Suprianto. 2006. “Pengaruh Moderasi Size terhadap Hubungan Laba Konservastisma dengan Neraca Konservatisma”, Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang.

Lafond, Ryan., dan Watts, R.L. 2006. “The Information Role of Conservative Financial Statements”, Social Science Research Network Electronic Paper Collection, (http://papers.ssrn.com., diakses 12 Maret 2012).

Lasdi, Lodovicus. 2009. “Pengujian Determinan  Konservatisma Akuntansi”, Jurnal Akuntansi Kontemporer, Vol. 1 No. 1, Januari.

Lewis, Gregory. 2006. “Asymmetric Information, Adverse Selection and Seller Revelation on eBay Motors”, Thesis, Department of Economics, Univiersity of Michigan.

Lu, Xiaoting. 2012. “Information Asymmetry and Accounting Conservatism under IFRS Adoption”, Thesis, Faculty of Business, Brock University.

Penman, S. H., dan X. J. Zhang. 2002. “Accounting Conservatism: The Quality of Earnings and Stock Returns”, The Accounting Review 77, Vol. 2.

Sari, Dahlia, 2004, “Hubungan antara Konservatisme Akuntansi dengan Konflik Bondholders-Shareholders Seputar Kebijakan Dividen dan Peringkat Obligasi Perusahaan”, Simposium Nasional Akuntansi VII, Denpasar.

Suwardjono. 2010. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE.

Wardhani, Ratna. 2008. “Tingkat Konservatisme Akuntansi di Indonesia dan Hubungannya dengan Karakteristik Dewan Sebagai Salah Satu Mekanisme Corporate Governance”, Simposium Nasional Akuntansi Pontianak.

Watts, R.L. 2003. “Conservatism in Accounting Part I: Explanations and Implications”, Journal of Accounting and Economics.


                

2 komentar:

Unknown mengatakan...

tulisannya bagus bro, kira-kira ada contoh kasus yang melibatkan konservatisme akuntansi ini gak ya?

Nara mengatakan...

ulisannya bagus bro, kira-kira ada contoh kasus yang melibatkan konservatisme akuntansi ini gak ya?

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Justin Bieber, Gold Price in India